Popular Post

Popular Posts

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.
Posted by : Agiel'chester Minggu, 16 September 2012

PENGERTIAN HADITS DAN UNSUR-UNSURNYA....
A.    Pendahuluan
Hadits adalah sesuatu yang datang dari Rasululllah baik perkataan, perbuatan, ataupun taqrirnya. Hadits mempunyai beberapa sinonim yang menurut ulama’ hadits tidak ada perbedaan antara hadits dan sinonimnya. Tetapi lain halnya dengan ulama fikih dan ushul fikh yang memandang bahwasanya hadits dan sinonimnya mempunyai perbedaan. Hadits juga mempunya beberapa unsur yaitu sanad, matan, dan rawi.
B.     Pengertian Hadits
Secara etimologis hadits berarti baru, perkataan, cerita atau berita.[1] Sedangkan Dari segi terminologi, banyak ahli hadits (muhadditsin) memberikan definisi yang berbeda redaksi tetapi maknanya sama di antaranya Mahmud Ath-Thahan (guru besar Hadits di Fakultas Syari’ah dan Dirosah Islamiah di Universitas Kuwait) mendefinisikan: hadits adalah sesuatu yang datang dari Nabi SAW baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan.[2]
Dalam beberapa buku para ulama berbeda dalam mengungkapkan datangnya Hadits tersebut, di antara ada yang seperti di atas ”sesuatau yang datang” ada juga yang menggunakan beberapa redaksi seperti: sesuatu yang disandarkan, sesuatu yang dibangsakan, dan sesuatu yang diriwayatkan. Keempat redaksi ini dimaksudkan sama maknanya, yakni sesuatu yang datang atau sesuatu yang bersumberkan dari Nabi atau disandarkan kepada Nabi. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa Hadits merupakan sumber berita yang datang dari Nabi dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan.[3] Definisi di atas memberikan kesimpulan, bahwa Hadits mempunyai tiga macam yakni:
1.      Hadits Qawliyah yaitu Hadits Nabi yang hanya berupa perkataannya saja baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah cegahan maupun larangan. Yang disebut pernyataan Nabi disini adalah sabda Nabi dalam merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu, masa kininya dan masa depannya, kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk lain seperti khutbah.[4]
2.      Hadits Fi’liyah yaitu Hadits Nabi yang berupa  perbuatan Nabi yang diberitakan oleh para sahabat mengenai soal-soal ibadah dan lain-lain seperti melaksanakan haji, manasik haji dan lain-lain.[5]
3.      Hadits Taqririyah, yaitu Hadits Nabi yang berupa penetapan Nabi terhadap perbuatan para sahabat yang diketahui Nabi tidak menegurnya atau melarangnya bahkan Nabi cenderung mendiamkannya.[6]
C.     Sinonim Hadits Dan Pengertiannya
Adapun sinonim dari Hadits adalah: As-Sunah, Al-Khabar, dan Al-Atsar dengan pengertian sebagai berikut:
1.      As-Sunah
Sunah menurut bahasa berarti jalan yang ditempuh, adat istiadat, suatu kebiasaan, dan cara yang diadakan.[7] Makna sunah yang lain adalah tradisi yang kontinu (berkelanjutan).[8] Sedangkan sunah menurut istilah terdapat beberapa perbedaan di kalangan ulama’, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Menurut ulama’ ahli Hadits (muhadditsin), sunah sama dengan hadits. Diantara ulama ada yang mendefinisikan dengan ungkapan yang singkat yaitu segala perkataan Nabi, perbuatannya dan segala tingkah lakunya.[9]
b.      Menurut ulama’ Ushul Fikih adalah sesuatu yang yang diriwayatkan dari Nabi baik yang bukan berupa Al-Quran yang berupa segala perkataan, perbuatan, dan pengakuan yang patut dijadikan dalil hukum syara’.[10]
Sunah menurut ulama ushul fikih hanya perbuatan yang dapat dijadikan dasar hukum Islam. Jika suatu perbuatan Nabi tidak dijadikan dasar hukum seperti makan, minum, tidur dan lain-lain maka pekerjaan biasa sehari-hari tersebut tidak dikatakan sunah.
c.       Menurut ulama Fikih adalah sesuatu ketetapan yang datang dari Rasulullah dan tidak termasuk kategori fardhu dan wajib, maka sunah menurut mereka adalah sifat syara’ yang menuntut pekerjaan tapi tidak wajib dan tidak disisksa bagi yang meninggalkan.[11]
Menurut ulama Fikih, sunah dilihat dari segi hukum sesuatu yang datang dari Nabi tetapi hukumnya tidak wajib, diberi pahala bagi yang megerjakannya dan tidak disiksa bagi yang meninggalkannya. Contohnya: shalat sunah, puasa sunah, dan lain-lain.
2.      Al-Atsar
Atsar menurut bahasa adalah bekas sesuatu. Al-Zarkasyi mengartikan Al-Atsar sebagai sesuatu yang disandarkan kepada sahabat semata. Dengan demikian atsar tidak mempunyai hubungan langsung ataupun tidak langsung dengan Nabi.[12] Menurut istilah ada dua pendapat, pertama, atsar adalah sinonim dari hadits. Kedua, atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat dan tabi’in baik perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama’ mendefinisikan: sesuatu yang datang dari selain Nabi yaitu dari para sahabat, tabi’in dan atau orang-orang setelahnya.[13]
3.      Al-Khabar
Menurut bahasa khabar adalah berita, pemberitahuan, laporan, ha mengenai peristiwa, kejadian, dan keadaan.[14] Sedangkan dari segi istilah khabar berarti sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, sahabat dan tabi’in.[15] dengan demikian sumber atau sandaran dari Al-Khabar dapat dari bebagai macam atau beberapa orang termasuk Nabi, seperti sahabat dan tabi’in.
Mayoritas ulama melihat Hadits lebih khusus yang datang dari Nabi, sedang khabar sesuatu yang datang darinya dan dari yang lain, termasuk berita umat terdahulu, para Nabi, dan lain-lain. Misalnya Nabi Isa berkata:…, Nabi Ibrahim berkata:… dan lain-lain, termasuk khabar bukan hadits.
D.    Perbedaan Hadits dengan sinonimnya
Ulama’hadits menyatakan bahwasanya hadits, sunah, atsar dan khabar adalah berarti sama dan mereka tidak memandang ada perbedaan antara hadits dan sinonimnya sedangkan Ulama Fikih dan Ulama Ushul Fikih memandang bahwa hadits dan sinonimnya mempunyai beberapa perbedaan antara lain:
1.      hadits sandarannya Nabi, aspek dan spesifikasinya meliputi perkataan, perbuatan dan persetujuan dan sifatnya khusus sekalipun dilakukan Cuma satu kali;
2.      sunah sandarannya Nabi dan sahabat, aspek dan spesifikasinya hanya pada perbuatan saja dan sifatnya menjadi tradisi;
3.      khabar sandaranya Nabi dan selainnya, aspek dan spesifikasinya meliputi perkataan dan oerbuatan dan bersifat lebih umum; dan
4.      atsar sandarannya sahabat dan abi’in, aspek dan spesifikasinya meliputi perkataan dan perbuatan dan bersifat umum.
E.     Unsur-Unsur Hadits
Adapun unsur-unsur hadits adalah sebagai berikut:
1.      Sanad
Menurut bahasa sanad adalah sandaran, hubungan atau rangkaian perkara yang dapat dipercaya, dan rentetan rawi hadits sampai pada Nabi Muhammad.[16] Sedangkan menurut istilah adalah mata rantai para perawi hadits yang menghubungkan sampai kepada perawi hadits.[17]

2.      Matan
Kata matan menurut bahasa berarti keras, kuat, sesuatu yang nampak dan yang asli. Dalam perkembangan karya tulis ada matan dan ada syarah. Matan di sini diartikan karya atau karangan asal seseorang yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat. Sedangkan syarahnya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci. Menurut istilah matan adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad. Definisi lain menyebutkan matan adalah beberapa lafal hadits yang membentuk beberapa makna.[18]
Berbagai redaksi definisi matan yang diberikan ulama’, tetapi intinya sma yaitu materi atau berita hadits itu sendiri yang datang dari Nabi. Matan hadits ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan kandungan syariat Islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.
         Contoh:
            اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَلْمَسْنُهُمْ خُلُقَ
3.      Rawi
Kata rawi dalam bahasa Arab berasal dari kata riwayah yang berarti memindahkan dan menukilkan. Yakni memindahkan atau menukilkan suatu berita dari seseorang kepada orang lain. Dalam istilah Ar-rawi adalah orang yang meriwayatkan atau orang yang menyampaikan periwayatan hadits dari seorang guru kepada orang lain yang terhimpun kedalam buku hadits.[19] Untuk menyatakan perawi hadits dikatakan dengan kata “hadits diriwayatkan oleh”.
Sebenarnya antara sanad dan rawi merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan karena sanad hadits pada setiap generasi terdiri dari perawi. Mereka adalah orang-orang yang menerima dan meriwayatkan atau memindahkan hadits dari seorang guru kepada muridnya atau teman-temannya.
F.      Kesimpulan
Ringkasnya pengertian Hadits adalah Sesuatu yang datangnya dari Nabi Muhammad SAW. baik itu perbuatan, perkataan, ataupun persetujuan Nabi. Sedangkan ada beberapa istilah yang merupakan sinonim dari Hadits yaitu ; As-Sunnah, Atsar, dan Al-Khabar, yang penjelasannya telah disebutkan di depan.
Adapun unsur-unsur penyusun Hadits ada tiga yaitu ; Sanad, Matan, Rawi, dan penjelasannyapun juga telah disebutkan diatas, yang ringkasnya Sanad adalah orang yang meriwayatkan hadits yang sampai pada Rasululah SAW. sedangkan Matan adalah isi hadits atau dengan bahasa lain bisa disebut dengan Dawuhnya Rasulullah yang telah diriwayatkan oleh beberapa sanad (orang), dan adapun Rawi adalah orang yang terakhir dalam periwayatan Hadits dan menulisnya sehingga sampai kepada kita.    


DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadits, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Ramdani, Sofiah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Agung, tt.
Tim Studi Islam IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, Surabaya: Sunan Ampel Pers, 2010.


[1] Tim Studi Islam IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam (Surabaya: Sunan Ampel Pers, 2010), 50.
[2] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 2.
[3] Ibid, 3.
[4]Tim  IAIN, PSI, 52.
[5] Ibid.
[6] Ibid, 53
[7] Ibid, 50.
[8] Majid, Hadits, 5.
[9] Ibid, 6.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Tim  IAIN, PSI, 51.
[13] Majid, Hadits, 10.
[14] Sofiah Ramdani, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Agung, tt)
[15] Tim  IAIN, PSI, 51.
[16] Ramdani, kamus, 489.
[17] Majid, Hadits, 97.
[18] Ibid, 103.
[19] Ibid, 105.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Ginks 70 blog - - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -